
Medianews.id, Trenggalek – Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhammad Natanegara membuka sosialisasi rencana kontigensi Tsunami akibat gempa bumi di Kabupaten Trenggalek, di Hotel Hayam Wuruk, Kamis )3/8/2023)
Selanjutnya, kegiatan dilakukan untuk kesiap-siagaan masyarakat untuk melakukan mitigasi bencana bila datang melanda.
Dalam hal ini Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhamad Natanegara, tidak berharap bencana terjadi, namun karena Kabupaten Trenggalek, termasuk salah satu daerah rawan bencana, ” dengan sosialisasi ini warga Trenggalek khususnya yang berada di pesisir selatan bisa senantiasa mawas diri dan bisa menyelamatkan diri apabila bencana terjadi, ” ungkapnya.
Kemudian , pihaknya mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan sosialisasi yang digelar oleh Direktorat Kesiapsiagaan Deputi Bidang Pencegahan BNPB.Mas Wabup Syah Buka Kegiatan Sosialisasi Rencana Kontigensi Tsunami Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Trenggalek.
Lebih lanjut, dalam kegiatan ini BPBD Trenggalek dipercaya sebagai mitra BNPB untuk menyusun dokumen kontigensi bencana Tsunami akibat gempa bumi di Trenggalek, serta dihadiri peserta dari berbagai unsur yang merepresentasikan konsep pentahelix kebencanaan. Mulai dari OPD terkait, instansi vertikal, Camat, kepala desa di pesisir Watulimo, Munjungan dan Panggul, akademisi, media massa, organisasi masyarakat.
Pengumpulan para peserta dalam satu forum ini bertujuan untuk memberikan sudut pandang terkait rencana kontinjensi tsunami sesuai dengan ketugasan masing-masing, dengan harapan dapat menyusun dokumen awal Rencana Kontinjensi Tsunami di wilayah Trenggalek. “Semoga dengan sosialisasi ini, ada kesepahaman antar pihak, terkait penyusunan kontigensi bencana Tsunami akibat gempa di Trenggalek,” bebernya.
Selanjutnya, paparan mengenai megathrust menjadi wacana penting sebagai indikator pokok untuk mengkaji kontinjensi tsunami lebih jauh. Kepala Pelaksanaan (Kalaksa) BPBD Provinsi Jatim, Gatot Soebroto membenarkan bawasannya Trenggalek menjadi salah satu kabupaten yang rawan bencana Tsunami, selain Tulungagung, Blitar Lumajang.
Banyak hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan mitigasi bencana Tsunami, mulai sarparas yang ada. Bagaimana kondisi mesin peringatan Tsunami, Early Warning System (EWS). Apakah berfungsi atau memadai, kemudian jalur evakuasi dan perangkat pendukung lainnya. “Perlu diketahui korban jiwa Tsunami tidak hanya karena bencana saja. Bisa saja karena jatuh terus terinjak injak warga lain,” terang Gatot.
Dengan kegiatan ini diharapkan olehnya dapat menghasilkan pedoman kebencaan terkait tsunami dan gempa bumi, karena bencana datang sewaktu waktu bisa pagi, siang atau malam waktu masyarakat beristirahat. (Hardi Rangga)